Judul diatas adalah tema dari Seminar setengah hari bersama Ibu Elly Risman, Psi pada tanggal 18 Februari 2012 yang gw hadiri bersama misua. Akhirnya Papap bisa ikutan juga setelah dirayu-rayu...senaang deh. Karena gw pikir kalo ikut seminar tentang mendidik anak kalo ga dua-duanya ikut seminar kurang efektif, kan tanggung jawab mendidik anak bukan hanya menjadi beban Ibu tetapi Ayah juga toh..apalagi anak gw 2-2nya kan cowo jadi seperti yang Ibu Elly bilang mendidik anak laki-laki tidak bisa hanya diserahkan ke ibu saja karena otak anak laki-laki sama dengan bapak.
So buat tahap awal gw ajak papap ikut seminar yang setengah hari aja , itu aja awalnya papap bilang kok lama banget sampe jam 1 *tepokjidat padahal gw belum bilang ada seminar yang sampai 2 hari hee. Thanks MimiHana untuk info dan plus beliin undangannya.
Kebetulan tema yang diangkat pas banget buat gw yang punya anak usia sekolah. Banyak tambahan ilmu di seminar itu dan gw dan Papap bisa berintrospeksi diri sebagai orang tua. So gw ngerasa perlu banget gw tulis diblog biar gw ga lupa dan bisa dibaca-baca lagi.
Cara mendidik anak-anak jaman sekarang dimana mereka masuk dalam Generasi Z sangat berbeda dengan generasi X atau pada jaman kita dulu. Nah ini yang sering gw dan papap saling berargumentasi, kalo gw ngasih pendapat dan teori yang gw baca dari milis, buku dll Papap mesti bilang gini "udahlah ga usaha banyak teori toh orang tua kita dulu mendidik kita juga samalaah " uhhh kalo sudah gitu gw kehabisan kata-kata deh...setelah ikut seminar ini Alhamdulillah akhirnya kita punya kesamaan sudut pandang..
Sering masalah muncul di keluarga adalah karena kebanyakan orang tua muda belum mempunyai/membuat kesepakatan dengan pasangan masing-masing tentang apa tujuan/goals untuk anak-anak. Hal ini yang sering membuat pola pendidikan anak yang tidak jelas juga. Karena kita muslim seharusnya goals kita untuk anak adalah menjadikan anak-anak kita sholeh, bertaqwa dan beriman kepada Allah Swt niscaya jalan yang diambil anak tidak akan melenceng jauh dari agama...Insya Allah, toh tujuan akhir dari hidup ini adalah selamat dunia dan akherat kan..
Awalnya gw mau rangkum semua isi seminar ternyata susah ya menuangkan dalam kata-kata dan sudah agak lupa pula karena kelamaan postingnya hehehe..so point2nya aja yak
Catat hasil positif yang telah dilakukannya sebelum & selama pertandingan
Bangun kembali harapan dengan kegiatan langsung
Sampaikan kata-kata yang terpilih tentang "kesempatan lain"
Bantu anak mengingat berapa jauh sudah peningkatannya
Cara mendidik anak-anak jaman sekarang dimana mereka masuk dalam Generasi Z sangat berbeda dengan generasi X atau pada jaman kita dulu. Nah ini yang sering gw dan papap saling berargumentasi, kalo gw ngasih pendapat dan teori yang gw baca dari milis, buku dll Papap mesti bilang gini "udahlah ga usaha banyak teori toh orang tua kita dulu mendidik kita juga samalaah " uhhh kalo sudah gitu gw kehabisan kata-kata deh...setelah ikut seminar ini Alhamdulillah akhirnya kita punya kesamaan sudut pandang..
Sering masalah muncul di keluarga adalah karena kebanyakan orang tua muda belum mempunyai/membuat kesepakatan dengan pasangan masing-masing tentang apa tujuan/goals untuk anak-anak. Hal ini yang sering membuat pola pendidikan anak yang tidak jelas juga. Karena kita muslim seharusnya goals kita untuk anak adalah menjadikan anak-anak kita sholeh, bertaqwa dan beriman kepada Allah Swt niscaya jalan yang diambil anak tidak akan melenceng jauh dari agama...Insya Allah, toh tujuan akhir dari hidup ini adalah selamat dunia dan akherat kan..
Awalnya gw mau rangkum semua isi seminar ternyata susah ya menuangkan dalam kata-kata dan sudah agak lupa pula karena kelamaan postingnya hehehe..so point2nya aja yak
- Generasi anak-anak kita adalah generasi Z dimana mereka mempunyai karakter yang berbeda dengan generasi kita dulu. Mereka adalah generasi internet dimana lebih suka teks daripada berbicara, tidak bisa hidup tanpa gadget dan menyukai hal-hal yang instant, so sebagai orangtua kita juga harus terus belajar agar tidak gaptek dan dapat mengikuti dunia mereka, karena anak-anak akan lebih mendengar/menghormati ke orang tua yang bisa mengikuti dunia mereka, misal : ditanya masalah HP tercanggih ngerti, ditanya game paling oke ngerti dll. Dengan perbedaan karakter maka berbeda pula cara mendidiknya. Orang tua harus bisa menyesuaikan dunianya saat berhadapan dengan anak kalo istilah Bu Elly orang tua seperti mobil dimana orang tua harus ganti gigi saat berhadapan dengan anak.
- Otak anak baru sempurna pada umur 7 tahun so perlu kesabaran ekstra untuk menghadapi anak-anak dibawah 7 tahun dan coba untuk memahami dunia mereka. Jangan bebani anak terlalu berat, misalnya anak dibebani dengan kegiatan yang terlalu padat dengan les-les pelajaran maupun ekskul atau masukkan anak ke sekolah sesuai dengan usia sekolah/jangan terlalu cepat. Karena otak anak yang terlalu dibebani maka pada umunmnya pada saat dewasa akan melempem karena sudah tidak ada space di otak mereka lagi. Biarkan anak tumbuh sesuai umurnya, biarkan mereka menikmati waktu bermain mereka.
- Terdapat perbedaan step reaksi antara anak-anak dan orang dewasa. Untuk anak-anak stepnya adalah E - A - P ( Emosi - Aksi - Pikiran) sedangkan untuk orang Dewasa E - P - A (Emosi - Pikiran - Aksi ). Oleh karena itu saat anak berkelahi, marah, iri dan kesal jangan dulu nasehati mereka karena tidak akan satupun nasihat kita yang akan diserap oleh otak mereka. Tunggu sampai anak tenang karena hati anak tenang semakin banyak yang diserap oleh otak.
- Persaingan bermula di lingkungan terkecil yaitu dirumah, yaitu persaingan antar kakak dan adik. Bersaing dan saling iri merupakan hal yang alami terjadi di kehidupan keluarga. Perasaan iri mulai muncul pada usia 3-4 tahun saat anak sudah mempunyai prinsip "Aku punya'. Iri muncul karena anak membutuhkan dan memperebutkan cinta, kasih sayang, perhatian , penghargaan dan pujian dari orang tua.Untuk meredam persaingan ini berikan Rasa Aman kepada anak dengan cara membentuk ikatan emosi antara orang tua dan anak yang merupakan fondasi dari rasa aman dan penerimaan dalam hidup anak dan bentuk kedekatan secara emosional dengan mereka.
- Langkah mengatasi persaingan dalam keluarga : Temukan perasaan dan kebutuhan dibalik persaingan, dengan cara orang tua harus belajar dan peka membaca bahasa tubuh anak untuk dapat menebak perasaan dan kebutuhan sang anak. jangan ragu untuk bertanya dengan jelas kondisi sang anak. Tanya dengan jelas misal : Kamu marah? kamu kesal? kamu iri? Cara ini agar anak dapat belajar mendefinisikan apa perasaannya. Jangan marahi anak pada saat dia merasa iri/kesal/marah karena tidak akan memperbaiki keadaan dan jangan nasihati anak pada saat kondisi seperti itu karena pada saat hati galau tidak ada yang dapat diserap oleh anak-anak. Saat yang tepat untuk menasihati anak adalah saat hati senang karena hati senang maka otak menerima lebih banyak.
- Buat perencanaan untuk menangani saat anak-anak berkelahi, pisahkan masing-masing anak, panggil satu-satu dalam kamar dan berbicara secara pribadi dari hati ke hati anak akan lebih merasa dihargai dibandingkan dimarahi didepan adik/kakaknya.
- Penuhi hak masing-masing anak-anak
- Usahakan untuk tidak menghakimi persaingan kecil : 'siapa mulai duluan"?
- Hargai kalau anak : baikan, rukun, main baik-baik dan saling tolong.
- Hindari memperbandingkan, meremehkan, mencap karena ini tidak memotivasi anak
- Buat aturan yang jelas, begitu juga dengan reward dan punishmentnya
- Stress :1. Eustress (Stress positif) : mengatasi tantangan, tugas & pekerjaan --> prestasi
2. Distress (Stress negatif) : tertekan, marah, hilang kontrol, rendah diri dan tidak aman
- Hal-hal pencetus stress : Pindah sekolah/rumah, bullying, perceraian atau sakit yang lama/kematian dalam keluarga, jadwal padat, bangun pagi terburu-buru, komunikasi & harapan yang tidak patut, persaiangan dan beban pelajaran, PR dan les.
- Kondisi saat ini perceraian meningkat 400% karena orang tua tidak mempersiapkan anak-anak untuk menjadi suami/istri yang baik hanya dipersiapkan untuk menjadi karyawan sehinga anak tidak mempunyai daya tahan menjadi suami/istri.
- Hindari stress pada anak, perhatikan sinyal stress : tidak nafsu makan, suka mual, susah tidur dan pasrah tidak ada keinginan.
- Ajarkan anak realistis dan berpedoman pada Al Quran dan jadilah model yang baik atasi stressmu sendiri dengan cara yang sehat.
- Bantu anak-anak mengatasi kekalahan maupun kemenangan.
- Kalau anak anda kalah :
Catat hasil positif yang telah dilakukannya sebelum & selama pertandingan
Bangun kembali harapan dengan kegiatan langsung
Sampaikan kata-kata yang terpilih tentang "kesempatan lain"
Bantu anak mengingat berapa jauh sudah peningkatannya
Jangan Lakukan : Segera menghapus rasa sedih dan kecewa
Mengeritik penampilannya
Ajak menyerah karena kurang berbakat/trampil
Mengecil artikan pertandingan
Membandingkan dengan teman or saudara
Marah dan mengeritik teman or pelatih
Bingung ih bacanya kalo dengerin Bu Elly ngomong sih enak bener nyantol diotak gw, mungkin karena "hati senang otak banyak menyerap" hehehehe...mendingan datang langsung aja ke seminar Bu Elly...
Tapi intinya kalo dijabarkan dalam kehidupan gw yang kayak ibu tiri itu maka gw harus selalu tanamkan di otak gw adalah :
- Jadikan tujuan utama adalah menjadikan Radja dan Akbar anak-anak yang sholeh. Penting!!!
- Stop marah-marah pada saat belajar/ngajarin Radja/Akbar *secara gw n papap bertemperamen tinggi
yang satu kena hipertyroid yang satu batak asli hehehe* jangan berekspektasi terlalu tinggi bahwa
Mengeritik penampilannya
Ajak menyerah karena kurang berbakat/trampil
Mengecil artikan pertandingan
Membandingkan dengan teman or saudara
Marah dan mengeritik teman or pelatih
Bingung ih bacanya kalo dengerin Bu Elly ngomong sih enak bener nyantol diotak gw, mungkin karena "hati senang otak banyak menyerap" hehehehe...mendingan datang langsung aja ke seminar Bu Elly...
Tapi intinya kalo dijabarkan dalam kehidupan gw yang kayak ibu tiri itu maka gw harus selalu tanamkan di otak gw adalah :
- Jadikan tujuan utama adalah menjadikan Radja dan Akbar anak-anak yang sholeh. Penting!!!
- Stop marah-marah pada saat belajar/ngajarin Radja/Akbar *secara gw n papap bertemperamen tinggi
yang satu kena hipertyroid yang satu batak asli hehehe* jangan berekspektasi terlalu tinggi bahwa
Radja bisa langsung mengerti atau langsung jago ngerjain soal mathnya kayak gw ..halllooooo gw
pan belajar math sudah berapa puluh tahun nah Radja umur 7 tahun aja belum plisss deh....hihihihi
- Jangan banding-bandingkan Radja/Akbar dengan anak lain baik itu adek/kakak, sepupu or teman-
temannya karena mereka paling tidak suka dibanding-bandingkan, membuat mereka menjadi demotivasi
or rendah diri. Karena masing-masing anak punya keunikan/kelemahan/kelebihan masing-masing. Kalo
mau membandingkan cukup dengan diri mereka sendiri pada saat yang lain, misal : "dulu Akbar waktu
umur 3 tahun rajin loh bantuin mamam sekarang kenapa enggak? begonooo...inget yak
- Jangan bebani Radja/Akbar dengan les-les tambahan yang membuat mereka stress hanya karena
ambisi gw/papap yang pingin menjadikan mereka anak-anak yang super di kelasnya terus kalo sudah
jadi anak super so what? paling gw n papap puas terus bisa cerita dengan bangga geto ke teman-teman
or saudara, sementara anak gw stress oh NO jangan sampe deh..amit-amit...egois itu namanya. so
imbangi dengan kegiatan yang mereka senangi misal renang, futsal dll. Dan mulai sekarang gw juga
sudah ga maksain kalo Radja bilang capek dan ga mau les English, biarin ajah daripada dia stress. Gw
kesindir banget sama bu Elly beliau bilang tolong ya ibu2 jangan gara-gara les sudah bayar berjuta-juta
dan kita merasa rugi sudah mengeluarkan uang begitu besar, kita mengorbankan perasaan dan jiwa anak kita...jleeeb langsung menusuk tepat dijantung gw. Itu gw banget, pas Radja bilang "Mam aku capek
hari ini ga les ya" gw dong langsung nyerocos "Gak..Abang harus les! mamam sudah bayar mahal kasihan
dong sm mamam" ihhh kalo ingat itu gw jadi gemes sendiri egois banget gw yak.. :(
- Gw harus menyediakan stok segudang SABAR dan belajar memahami perasaan Radja dan Akbar yang
memang terakhir-terkahir ini frekuensi berantemnya paraahhhh banget! berarti ada sesuatu yang mereka
persaingkan dan yang pasti adalah perhatian gw n papap tentunya. Gw harus bisa bersifat adil, tidak
langsung memarahi Radja kalo Akbar nangis, gw harus bisa menjadi pendengar dulu untuk kedua pihak
dan menggali perasaan mereka.. mudah-mudahan berhasil doakan sayah!
- Gw ingin menjadikan Radja dan Akbar happy childs, yang menikmati dunianya dan tidak membebani
mereka dengan target-target gw atas hidup mereka. Coba lihat deh...banyak contoh didunia
nyata, kayak teman-teman gw sekolah or kuliah yang secara akademis mereka biasa-biasa saja malah
pada saat mereka memasuki dunia kerja/dewasa mereka bisa berhasil dan sukses sedangkan
teman-teman yang pintar dan hidupnya untuk belajar terus malah hanya menjadi karyawan saja. So
kayaknya anak-anak jangan hanya dibekali dengan akademis tapi mengajari mereka bersosialisasi juga
sangat penting.
Sementara itu saja deh... tapi yang paling gw senang wawasan gw dan papap bertambah bagaimana cara mendidik anak *ternyata diluar sana banyaaak banget versi loh* walaupun secara praktek pasti susyaaaah ya... memang perlu waktu dan kerja keras tapi paling tidak kali ini gw ga sendirian karena suami disamping gw :)
No comments:
Post a Comment